Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 : Jawa Timur Targetkan Angka Prevalensi Stunting Turun menjadi 16% di Tahun 2023

avatar Rakyat Jelata

SURABAYA, rakyatjelata.com - BKKBN Jawa Timur mengadakan Rapat Terbatas Persiapan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023 melalui zoom meeting bersama Dinas OPD KB se-Jawa Timur, Senin (28/08).

Rapat tersebut dihadiri oleh Dra. Pretty Multihartina, Ph.D Kepala Pusat Kebijakan Upaya Kesehatan, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes RI dan Mohamad Yoto, Kasubag Penyusunan Program dan Anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

Baca Juga: Relawan Kowarteg Indonesia Jawa Timur, Gaet Dukungan Lewat Bugar Ceria

Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, MM mengawali sambutannya mengharapkan kepada Dinas OPD KB bersama Tim Pendamping Keluarga di Jawa Timur untuk mengawal Survei Kesehatan Indonesia ini sehingga angka prevalensi Stunting di Jawa Timur di tahun 2023 mengalami penurunan di angka 16% dan 2024 turun lagi menjadi 14% atau dibawahnya.

Pretty Multihartina menjelaskan tujuan dari SKI ini adalah untuk memperoleh data dasar status Kesehatan Masyarakat, termasuk status gizi balita Indonesia. Pretty juga menambahkan bahwa data yang dihasilkan dari SKI akan diolah jadi informasi untuk pembangunan kesehatan dan sebagai rancangan RPJMN 2025-2029. ''Hasil SKI 2023 akan dimanfaatkan oleh pelaksana program Kementerian Kesehatan, termasuk pengembangan RPJMN oleh Bappenas.

Kabupaten/kota dapat menggunakan data SKI 2023 untuk perencanaan, pemantauan, penerapan dan evaluasi program-program kesehatan dengan berbasis bukti,'' ucap Pretty

Dalam pelaksanaan survei, dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, pengukuran antropometri, dan pengukuran biomedis yang mencakup pemeriksaan gigi dan mulut. SKI 2023 akan dilakukan pada bulan Agustus hingga minggu pertama Oktober 2023, dengan melibatkan 586 ribu rumah tangga di 38 provinsi 514 kabupaten/kota.

Sampel survei terdiri dari kategori rumah tangga dan kategori rumah tangga Balita. Pretty menjelaskan desain metodologi SKI adalah 'Potong Lintang' menggunakan kerangka sampel BPS sebanyak 34.500 blok sensus yang masing-masing blok sensus terdiri dari 10 rumah tangga sehingga ada 345.000 rumah tangga.

Baca Juga: Apel Gelar Kesiapan PAM VVIP Kunker RI 2 Ke Wilayah Jawa Timur

Pelaksanaan SKI 2023 di lapangan melibatkan ribuan tenaga pendukung. SKI memanfaatkan kader Posyandu sebanyak 34.500 orang, pengumpul data atau enumerator yang berlatar belakang pendidikan D3 Kesehatan sebanyak 11.522 orang, 7.500 tenaga Puskesmas, dan 3 ribu dokter gigi.

Pada November diharapkan dapat dilakukan diseminasi hasil sementara pada 5 indikator utama SKI 2023, yaitu data prevalensi balita stunting, prevalensi balita wasting, persentase merokok pada usia 12-23 tahun, prevalensi obesitas usia lebih dari 18 tahun, dan persentase imunisasi dasar lengkap usia 12-23 bulan.

Prettty juga menyoroti perbedaan data antara E-PPBGM dan SSGI. Keduanya meruapakan instrument yang berbeda baik latar belakang, konsep, substansi serta penggunaan di tingkat Masyarakat.

Baca Juga: Danrem 081/DSJ Terima Penghargaan Sosok Penggerak Koperasi di Jawa Timur

E-PPGM adalah data rutin yang berasal dari pemantauan status gizi individual, SSGI adalah data survey dengan menggunakan instrument pemantauan status gizi Masyarakat imbuh Pretty.

Mohamad Yoto menambahkan ada beberapa tantangan yang akan dihadapi di SKI ini adalah diantaranya terjadi penolakan di masyarakat yang menjadi sampel dalam SKI ini, mobilitas atau perpindahan penduduk, alat pengukuran (antropometri) yang tidak sama serta pendampingan dari puskesmas. (*/id@)

Editor : ida