Penjual Koran Apakah Bisa Bertahan?

JAKARTA | rakyatjelata.com - Era media sosial seperti sekarang harus diakui telah membuat sebagian besar media cetak mati dan orang-orang yang bekerja di media cetak kehilangan pekerjaan. Sebagian dari mereka yang mampu bertahan dan beradaptasi, mengalihkan usaha dan pekerjannya ke media online.

Selasa, 3-Oktober-2023

Sedangkan mereka yang tidak bisa beradaptasi dengan media online hanya pasrah dan menerima nasib apa adanya, salah satunya adalah penjual koran cetak eceran seperti Pak Soleh.

Saya bertemu Joko ketika ia berkeliling menjajakan koran dan majalah melewati tempat tinggal saya.


“keluarga saya tinggal persis di belakang kawasan monumen Proklamasi. Tapi kemudian orang tua saya pindah ke Bekasi, ke Kawasan Perumnas Satu. Kalau saya sendiri, setelah berkeluarga pindah ke daerah Pekayon,” ujar joko mengawali percakapan.

“Rumah saya sekarang satu RW dengan Bang Pepen, Wali Kota Bekasi yang baru tertangkap KPK,” tambah joko yang menurut pengakuannya berusia sekitar 64 tahun.    

Sudah sekitar 25 tahun terakhir ini Pak joko berdagang koran eceran di sekitaran Bekasi. Setiap hari dengan menggunakan sepada ia berkeliling wilayah Jakasampurna Bekasi Barat, Galaxy Bekasi Selatan, Kranji hingga Jati Asih.

“Dulu ketika masih ramai orang membeli koran dan majalah cetak, saya bisa menjual setidaknya 700 eksemplar sehari. Kalau akhir pekan bisa hamopir seribu eksemplar,” ujar Pak joko

“Sekarang bisa menjual paling banyak sekitar 10 eksemplar per hari sudah lumayan. Kalau akhir pekan bisa terjual 25-30 eksemplar,”  tambah joko

“Berapa keuntungan yang didapat dari berjualan koran keliling pak,” tanya saya

“Alhamdullilah bisa seribu rupiah per eksemplar,” jawab joko

Ketika ditanya bagaimana sistim pembelian dan penjualan koran yang dibawanya, joko dengan ringan bercerita bahwa koran-koran yang dibawanya dibeli tunai dengan harga agen. Ia kemudian menjualnya dengan harga yang tertera di koran cetak. Keuntungan yang didapat adalah dari selisih harga yang tertera di koran cetak dengan harga agen.

“Nah kalau ada koran yang tidak terjual habis, apakah sisa koran bisa dikembalikan ke agen?”.

“Wah gak bisa dikembalikan pak. Terpaksa deh merugi,” jawab joko sambil menatap keranjang di sepedanya dimana masih tersisa beberapa eksemplar koran yang belum terjual.

“Melihat penjualan koran yang sudah sangat menurun, apakah tidak ada rencana ganti usaha pak?,” tanya saya

Mau usaha apa lagi?. Saya dulu pernah kuliah di IKIP Jakarta jurusan pendidikan dan pernah mengajar di sekolah sebagai guru agama. Tapi berhenti karena penghasilannya tidak cukup. Kemudian saya berjualan koran untuk menambah penghasilan,” papar joko


“Sekarang pun sebenarnya saya masih mengajar pendidikan agama kepada anak-anak di sekitar lingkungan tempat tinggal saja,”

“Saya berjualan koran keliling tidak kejar target. Berapapun eksemplar koran yang terjual, saya mensyukurinya. Alhamdullilah masih ada rejeki,” jawab joko sambil tersenyum dan tanpa sengaja memperlihatkan sebagian giginya yang ompong.

“Saya juga bersyukur masih sehat dan jarang sakit-sakitan sehingga bisa momong cucu dengan gembira,”


“Mungkin karena rajin bersepeda setiap hari keliling Bekasi, sehingga joko selalu sehat,” komentar saya sambil menyerahkan pembayaran koran dan majalah yang saya beli pagi ini.


“Ha ha ha mungkin juga ya pak,” jawab joko sambil tersenyum dan pamitan untuk kembali berkeliling. Terlihat di keranjang sepedanya masih tersisa beberapa eksemplar koran yang belum terjual.

“Hati-hati di jalan Pak, semoga sisa korannya ada yang membeli sehingga Bapak tidak merugi hari ini,” ujar saya.  (Red) 

Editor : Admin Rakyatjelata