JEMBER,rakyatjelata.com - Tingginya angka Stunting, Angka Kematian Ibu dan Kemiskinan Ekstrem di Kabupaten Jember menarik perhatian Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur.
Untuk mempercepat penurunan stunting di Kabupaten Jember, Perwakilan BKKBN Jatim menggandeng Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si untuk melibatkan Universitas Islam Negeri Kyai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember.
Baca Juga: Polisi Berhasil Amankan Komplotan Penipu Pinjam Uang Pakai Jaminan Emas Palsu di Jember
Tak hanya gandeng Universitas, BKKBN Jatim juga jalin komunikasi yang intensif dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Jember yang diketuai oleh Wakil Bupati Jember, KH. Balya Firjaun Barlaman.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Maria Ernawati menjelaskan berdasarkan UU 52 Tahun 2009 yang mengamanatkan dua hal yaitu penduduk tumbuh seimbang dan mewujudkan keluarga sejahtera dan berkualitas.
"Dalam menjalankan amanah membutuhkan kerja keras dalam mewujudkan, BKKBN tidak bisa kerja sendiri karena terbatas SDM. Kami membutuhkan banyak pihak bisa melaksanakan, membantu, mensupport dalam mewujudkan amanah itu," terang Maria Ernawati dalam kegiatan FGD (Forum Group Discussion) tentang pencegahan Stunting di Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember dan di Kantor Bupati Jember, Senin (27/2/2023).
Erna menambahkan, Indonesia masih memiliki permasalahan stunting dengan angka prevalensi yang masih tinggi.
Tahun 2022 Stunting Nasional 22,6 persen, WHO mensyaratkan Stunting dibawah 20 persen. Sedang untuk Jawa Timur, angka prevalensi stunting di angka 19,2 persen.
Untuk di UIN Khas Jember, Erna berharap Fakultas Dakwah yang sudah menjalin kerjasama dengan BKKBN Jatim diharapkan bisa ditingkatkan.
Sedang untuk TPPS Jember, diharapkan Pemerintah Jember bisa menggunakan data by name by addres untuk mengetahui data keluarga stunting ataupun keluarga berisiko stunting sehingga program percepatan penurunan stunting bisa tepat sasaran.
"Sesuai hasil SSGI 2022, angka prevalensi Stunting di Kabupaten Jember naik 11 poin yang menjadikan Kabupaten Jember sebagai Kabupaten dengan angka prevalensi stunting 35.9 persen, tertinggi stunting di Jawa Timur, juga angka kematian ibu tinggi serta kemiskinan ekstrim tinggi, " Sebutnya.
Untuk UIN KHAS Jember, sambung Erna dengan adanya Konsorsium Perguruan Tinggi diharapkan bisa bergabung dengan program KKN Tematik, sedangkan untuk TPPS Kabupaten Jember, diharapkan bisa menggandeng pihak swasta untuk bersama-sama melakukan program percepatan penurunan stunting.
Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si. menjelaskan Konsorsium Perguruan Tinggi memiliki anggota sebanyak 20 Perguruan tinggi di Jawa Timur.
Dalam pendampingan perlu dana, BKKBN tidak bisa menyerahkan anggaran langsung ke Universitas.
Namun ada solusi untuk itu, yakni mengikuti matching fun (dana padanan) dirilis kementerian pendidikan melalui Dikti, semula untuk hilirisasi penelitian guna mendukung industri.
"Perguruan Tinggi mendampingi pelaksanaan program BKKBN di masyarakat menggunakan dana matching dari Dikti sehingga ada skema pemberdayaan masyarakat. Matching fun insan Perguruan Tinggi dibawah Dikti. Diluar Dikti kita payungi dengan SK Rektor UNAIR sebagai penanggung jawab ada legal formal sebagai dasar menurunkan anggaran," terangnya.
"Dalam kerjasama, KKN tematik bisa disupport anggaran dalam penurunan stunting. Ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan yakni kegiatan kampanye KB Pasca Persalinan, layanan terpadu pra nikah, dan pemberian suplemen", jelas Prof. Sumarmi.
Dekan Fakultas Dakwah UIN Khas Jember, Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag mengatakan ada program studi penyuluhan masyarakat, terkait penurunan stunting, kenakalan remaja, pernikahan dini tema tidak asing bagi mahasiswa UIN.
Menurutnya, Fakultas Dakwah kita kembangkan, lulusan kami cetak ada konselor pendamping masyarakat yang menyelesaikan permasalahan masyarakat.
Visi pembelajaran yang kami kerjakan humanistik, betul-betul pembelajaran output pendidikan yang menyelesaikan persoalanmasyarakat, terkait penurunan stunting, kenakalan remaja, pernikahan dini tema tidak asing bagi mahasiswa UIN.
Baca Juga: BKKBN Jatim Gelar Peningkatan Kapasitas Bagi Kader Coe se-Jatim Untuk Penanganan Stunting
"Visi pembelajaran betul betul pembelajaran output pendidikan yang menyelesaikan persoalan masyarakat menjunjung tinggi marbatat manusia, untuk itu Stunting kita perhatikan," terang Dekan.
Dekan juga menerangkan pernikahan dini pengaruhi kualitas SDM, ekonomi dan persoalan sosial yang harus diperhatikan bersama.
Pihaknya bersyukur kedatangan BKKBN Jatim, menjadi visi dan giat bersama, semua bersinergi termasuk Perguruan Tinggi yang mencetak SDM dan sangat berkaitan dengan permasalahan Stunting, Ketahanan keluarga yakni keluarga sakinah.
"Peningkatan kapasitas SDM kami perlu dilatih, pelatihan pada dosen semakin memperkuat kerja yang kita inginkan," terangnya.
Wakil Bupati Jember, KH. Balya Firjaun Barlaman mengatakan terimakasih kepada BKKBN Jatim dan Prof. Mamik terkait intervensi penurunan stunting dari hulu. Dari informasi dan masukan tersebut akan menjadi bahan untuk program TPPS di Jember.
"Kami harapkan pertemuan ini bisa menjadi solusi dari akar permasalahan sehingga bisa mendapatkan treatment yang tepat, " tutur Gus Firjaun.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Koeshar Yudyarto mengatakan Hasil dari SSGI 2022 menjadi bahan evaluasi untuk memperbaiki.
Tahun 2023 sudah dilakukan penimbangan bayi dan sudah dilakukan pendataan dan pemetaan daerah lokus stunting.
Kabupaten Jember juga melakukan program pendewasaan usia menikah dan kesehatan calon ibu. Secara konvergensi akan dilakukan untuk semua program tersebut.
Baca Juga: Polres Jember Berhasil Amankan Tersangka Penyebar Berita Hoax Penculikan Anak
"Adanya perbedaan data stunting dari pendataan internal Jember dengan data SSGI. Hal ini menjadi evaluasi Pemkab. Jember karena dulu penimbangan dan pengukuran dilakukan oleh kader, sedangkan tahun ini dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas, " jelasnya.
Setelah pemetaan lokus, ungkapnya, Pemkab Jember akan melakukan program penambahan asupan gizi dengan bantuan daging baik daging ayam maupun daging sapi.
Begitu pula dengan tambahan vitamin akan dikaji ulang karena di Kabupaten Jember banyak obat dan vitamin yang kadaluwarsa dan akan dimusnahkan dengan membutuhkan dana kurang lebih Rp 7 milliar.
"Vitamin tersebut didropping dari Pemerintah Pusat dengan waktu kadaluwarsa yang memang sudah mendekati masa kadaluwarsa, ditambah dengan Pandemi Covid-19 yang vitamin tersebut tidak terserap maksimal, " jelasnya.
Kepala DP3AKB Kabupaten Jember, Suprihandoko menjelaskan saat ini pihaknya sedang melakukan TOT 80 kader yang akan mensosialisasikan untuk remaja perihal pendewasaan usia pernikahan, tentang kehamilan, pola asuh sebagai upaya pencegahan stunting.
Sebanyak 700 remaja di Kabupaten Jember yang akan mendapatkan pendampingan dengan mendapatkan Nomor ID masing-masing.
"Kami akan melihat datanya dari 700 remaja ini, pada dua tiga tahun mendatang, apakah ini ada perubahan perilaku apa tidak. Edukasi sangatlah penting, terutama pada remaja akan pentingnya edukasi perihal pernikahan. Sebab jumlah janda atau perceraian di Jember sangat tinggi, "urainya.
Forum Group Discussion (FGD) tentang pencegahan Stunting juga dihadiri oleh Sekretaris Perwakilan BKKBN Jatim, Nyigit Wudi Amini, S.Sos, M.Sc., Ketua Tim Dalduk, Uni Hidayati, ST, MM. dan Kepala Balai Diklat KKB, Jember Ronald Stefen Rigo, SE, MM.
Hadir juga Ketua Konsorsium Perguruan Tinggi Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si, Wakil Bupati Jember, KH. Balya Firjaun Barlaman, Dekan Fakultas Dakwah UIN KHAS Jember, Prof. Dr. Ahidul Asror, Peneliti Madya BRIN, Dr. Iswari Hariastuti, M.Kes, serta Kepala Dinas Kesehatan, DP3AKB, BAPEDA, Asisten II Kabupaten Jember. (Humas)
Editor : ida