Tobat Ekologis, Cak Imin dan NU 


Oleh ; Iwan Suga


Penulis menilai apa yang diucapkan Cak Imin, dalam debat Cawapres 21 Januari 2024, adalah revolusi pemikiran. 


Kita tak perlu sibuk membahas perdebatan tak etis antara Gibran Asam Sulfat dengan Pendekar Hukum Prof. Dr. Mahfud MD. Jelas beda kelas.


Secara otentik, Tobat Ekologis pertama dicetuskan oleh Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si pada 24 Mei 2015. Pada surat dari Paus ini, tertulis prinsip-prinsip teologi tentang tanggung jawab lingkungan yang dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi.


Cak Imin dengan cerdas membaca ide Tobat Ekologis ini sebagai landasan pokok dalam menempatkan ideologi besar mengenai pengelolaan lingkungan hidup.


Setuju atau tidak, Cak Imin membawa alam pikiran manusia yang waras dan sehat untuk segera tobat. Kita seperti disayat-sayat atas pembiaran yang terjadi sejak Presiden Jokowi berkuasa. Betapa kerusakan sosial dan lingkungan hidup sangat nyata di depan kita. 


Bahkan dengan dalih Ibu Kota Baru, Food Estate, atau bahkan dalam pertumbuhan ekonomi dengan membuka tambanh ugal-ugalan era Jokowi. Jelas, mengancam dan telah menghancurkan kelestarian lingkungan.


Jika kita diamkan, bahkan dalam hasanah ke-islaman kita bisa ikut berdosa jika membiarkan ini terus terjadi. Perusakan itu akan berakibat pula pada dampak kepada kita semua, bukan hanya pada pelaku,  bahkan pada yang membiarkan (diam).  Asumsi kerusakkan lingkungan memang demikian adanya. 


Cak Imin dan Prof. Mahfud secara kompak menyebut Surah Ar-Rum Ayat 41 dan Artinya adalah sebagai berikut; "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”


Apa Itu Tobat Ekologis?


Dalam Ensiklik Laudato Si pada 24 Mei 2015,  Pada surat dari Paus ini, tertulis prinsip-prinsip teologi tentang tanggung jawab lingkungan yang dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi.
Laudato Si bisa juga diartikan sebagai transformasi hati dan pikiran menuju cinta yang lebih besar terhadap Tuhan, sesama, dan ciptaan.
Ini adalah sebuah proses untuk mengakui kontribusi kita terhadap krisis sosial dan ekologi dan bertindak dengan cara yang memelihara persekutuan: menyembuhkan dan memperbaiki rumah bersama, seperti dilansir dari laman Laudato Si Movement.


Menurut laman Gereja Katolik St. Timothy, Arizona, Paus Fransiskus menuliskan di awal dokumen bahwa target audiensnya bukan hanya umat Katolik atau Kristen, tetapi semua orang.
dalam Ensiklik Laudato Si pada 24 Mei 2015. Pada surat dari Paus ini, tertulis prinsip-prinsip teologi tentang tanggung jawab lingkungan yang dilakukan untuk mengatasi krisis ekologi.
Laudato Si bisa juga diartikan sebagai transformasi hati dan pikiran menuju cinta yang lebih besar terhadap Tuhan, sesama, dan ciptaan.
Ini adalah sebuah proses untuk mengakui kontribusi kita terhadap krisis sosial dan ekologi dan bertindak dengan cara yang memelihara persekutuan: menyembuhkan dan memperbaiki rumah bersama, seperti dilansir dari laman Laudato Si Movement.
Menurut laman Gereja Katolik St. Timothy, Arizona, Paus Fransiskus menuliskan di awal dokumen bahwa target audiensnya bukan hanya umat Katolik atau Kristen, tetapi semua orang.


Terdapat tujuh tujuan dari Laudato Si, yaitu:
1. Tanggapan terhadap tangis Bumi
2. Menjawab tangis orang miskin
3. Ekonomi ekologi
4. Penerapan gaya hidup sederhana
5. Pendidikan ekologi
6. Spiritualitas ekologi
7. Keterlibatan masyarakat dan tindakan partisipatif


Gerakan-gerakan di atas, dapat dianggap sebagai pertobatan ekologis setelah manusia sudah lama melakukan dosa ke Bumi. Laudato Si atau Tobat Ekologis dimulai untuk membuat Bumi menjadi tempat tinggal yang lebih baik.


Cak Imin, NU dan Pertobatan


Jikalau Cak Imin tidak menjadi Cawapres mendampingi Anies Baswedan, bisa jadi dia belum juga tobat. Realitasnya sebagai politikus, selama ini membiarkan Rezim Jokowi melalukan kerusakan lingkungan. 


Entitas dasar Cak Imin adalah warga NU, itu realitas. JIka secara sadar warga dan pimpinan NU di seluruh jagad memahami seruan pertobatan Cak Imin, maka NU gak akan sibuk berpolitik vulgar ala Khofifah dan yang lain. 


NU seharusnya dengan bijak mendorong Tobat Ekologis itu untuk menuntut setiap rezim melakukan Tobat Ekologis. Apalagi bagi Gus Dur-an, justru gerakan pokok yang bakal diusung adalah ide-ide besar Tobat Ekologis. Revolusi Pikiran ini jika diangkat menjadi isu NU merupakan konsep elegan sebagai citra baru kaum Nahdliyin. 


Kita tunggu saja, lantunan Surah Ar-Rum ayat 41 atau Tobat Ekologis ya sama saja, gak akan jadi ide dalam kepala,  kalau mental pemuja Gus Dur masih level cari tetesan cuan dari kapitalis istana,  hemnn ...sami mawon. 


Iwan Suga
Penyintas Gerakan 1998

Editor : Admin Rakyatjelata