rakyatjelata.com skyscraper
rakyatjelata.com skyscraper

Sungai Brantas Makin Panas, Plankton Kali Brantas Punah, Mendesak Penegakan Hukum Pelaku Pencemaran Kali Brantas

Rakyatjelata.com - Data BMKG dan NASA menunjukkan peningkatan suhu udara rata-rata yang terjadi di Indonesia selama 30 tahun terakhir meningkat sebesar 0,6oC derajat per tahun.

Kajian Tim Peneliti Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) melakukan analisis terhadap kondisi sungai air Sungai Brantas bersumber pada penelitian selama 20 tahun, menemukan bahwa adanya peningkatan suhu air sungai dari tahun 1994-2024.

Baca Juga: Benarkah RI akan mengalami petaka? Simak penjelasannya

Dampak peningkatan suhu air suhu menyebabkan punahnya Plankton dan Ikan Di Kali Brantas, diperlukan upaya penegakan hukum bagi industri pencemar dan masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai Tempat sampah.

“Buangan limbah cair tak terkendali dari Industri dan pemukiman warga menyebabkan Penurunan kualitas air sungai Brantas, polutan limbah cair menyebabkan peningkatan 10 kali lipat sumbangan emisi gas rumah kaca dari sungai ke atmosfer yang menyebabkan bumi makin panas, pemanasan bumi ini menyebabkan suhu air meningkat pada gilirannya mendorong kepunahan biota dalam air sungai.” Ujar Tasya Husna

Lebih lanjut peneliti Perubahan iklim Ecoton menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan ecoton menemukan 4 fakta terkait hubungan sungai dengan perubahan iklim dan sebaliknya, sebagai berikut

1. Kualitas Air Sungai Brantas Melebihi Baku Mutu

Penelitian uji kualitas air yang dilakukan sepanjang 2024 oleh tim peneliti ECOTON membuktikan bahwa terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu kualitas air sungai Brantas berdasarkan PP No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Berdasarkan tabel hitungan diketahui terdapat 6 parameter yang menandakan kualitas air di Sungai Brantas area Gresik dan Surabaya melebihi dari baku mutu kualitas air sungai.

“Pembuangan limbah dari berbagai industri dan aktivitas manusia  di sekitar sungai yang menyumbang kandungan karbon (C) dan Nitrogen (N) dalam limbah menyebabkan peningkatan aktivitas mikroorganisme dalam membentuk gas rumah kaca seperti karbon dioksida, gas metana, dan dinitrogen oksida” ungkap Tasya

lebih lanjut Alumni Universitas Trunojoyo Madura ini menjelaskan bahwa Gas-gas yang terbentuk ini akan terlepas dari sungai dan berkumpul di atmosfer yang menyebabkan peningkatan suhu bumi.

2. Kenaikan Suhu Sungai Brantas Seiring dengan Peningkatan Suhu Udara

Data penelitian yang dilakukan oleh ECOTON dari tahun 1994 sampai tahun 2024 menunjukkan terjadinya peningkatan suhu air sungai Brantas. “Diketahui ada trend yang cenderung naik pada perubahan suhu air di Sungai Brantas." ungkap Tasya Husna, lebih lanjut Tasya menyebutkan bahwa pada 4 tahun terakhir sejak 2020 suhu air sungai Brantas mencapai titik terpanas yang belum pernah terjadi yaitu 340C pada tahun 2024 dan 31,570C pada tahun 2022. Padahal pada periode 1994-2004 Suhu terpanas 29.60C dan periode 2007-2013 suhu terpanasnya 29.450C pengamatan selama 30 tahun.

Baca Juga: Kapolda Jatim Bersama Forkopimda, Pantau Arus Lalin dari Udara

“Kenaikan suhu di air sungai akan mengakibatkan penurunan pH  air atau menyebabkan air semakin asam dan penurunan kadar oksigen terlarut  dalam air  yang mengakibatkan matinya plankton-plankton sensitif yang pada gilirannya mendorong percepatan kepunahan ikan air tawar” Ungkap tasya Husna

3. Jumlah Plankton yang Ditemukan di Sungai Brantas Hilir Didominasi oleh Jenis Plankton yang Tahan atau Toleran Terhadap Pencemaran

Berdasarkan hasil identifikasi plankton (zooplankton dan fitoplankton) yang dilakukan oleh Rafika Aprilianti dari ECOTON dan 3 mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya meliputi Fina Agustin, Dinda Farah Tamama, dan Silvi Amelia, menemukan lebih banyak jenis fitoplankton dalam Sungai Brantas Area Gresik dan Surabaya daripada zooplankton. 79,42% plankton yang hidup di sungai tersebut merupakan jenis plankton yang tahan terhadap polutan tinggi dengan jumlah 3 terbanyak dari golongan fitoplankton meliputi Eunotia sp., Fragilaria sp. dan Oscillatoria sp,  Jika terlalu banyak fitoplankton, air dapat menjadi keruh dan mempercepat terjadinya blooming algae. Sedangkan hanya 20,57% yang merupakan plankton sensitif terhadap pencemaran.

4. Ancaman Kerusakan Ekosistem Akibat Penurunan Beberapa Jenis Plankton

Diketahui dari poin sebelumnya bahwa plankton yang dominan di Sungai Brantas area Gresik dan Surabaya didominasi plankton yang toleran terhadap pencemaran. Artinya telah terjadi penurunan jumlah plankton yang sensitif, dengan kata lain berkurangnya jumlah plankton secara keseluruhan. Namun, keberlangsungan hidup plankton toleran pencemaran juga akan terancam apabila pencemaran terus terjadi dan meningkat. Plankton merupakan sumber makanan utama bagi banyak organisme akuatik, seperti ikan kecil, krustasea, dan cumi-cumi. Jika plankton hilang, maka organisme-organisme ini akan kehilangan sumber makanannya dan populasinya akan menurun. Gangguan pada rantai makanan akibat hilangnya plankton dapat mempengaruhi sumber daya makanan manusia. Ikan dan makanan laut lainnya yang dikonsumsi manusia bergantung pada plankton sebagai sumber makanannya.

“Data tahun 2019. mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki nomor 2 kepunahan ikan tertinggi setelah Philipina, hal ini salah satu nya diakibatkan karena berkurangnya makanan ikan , yaitu plankton” Jelas Prigi Arisadi selaku Ketua Peneliti dan Founder ECOTON Foundation.

Berikut rekomendasi yang diberikan oleh ECOTON:

1. Harus meningkatkan kepedulian terhadap ekosistem sungai dengan mengurangi beban pencemaran air

2. Dibutuhkan peran pemerintah dalam melakukan pengawasan pembuangan limbah ke sungai baik dari perusahaan maupun rumah tangga.

3. Membangun IPAL Komunal di area pemukiman untuk mengolah limbahnya

4. Perusahaan yang membuang limbah ke sungai melebihi baku mutu air limbah juga harus ditindak tegas agar kualitas sungai tetap terjaga dan sekaligus mengurangi sumbangan gas yang menyebabkan perubahan iklim di bumi.

Editor : Admin Rakyatjelata