FKUB Jember Belum Tahu Seputar Aliran Tunggal Jati Garuda Nusantara

avatar Rakyat Jelata

JEMBER, rakyatjelata.com - Kisah tragis ritual di Pantai Payangan yang menelan korban jiwa menyisakan pilu. Rombongan wisata "religi" diketahui dari aliran Tunggal Jati Garuda Nusantara yang bermarkas di Kecamatan Sukorambi, Jember. Ternyata aliran tersebut belum diketahui oleh Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jember. Ketua FKUB Jember, Dr KH Abdul Muis Sonhaji, S.Pd., M.Pd, mengatakan belum mengetahui secara jelas aliran Tunggal Jati Garuda Nusantara. "Saya juga belum paham ya tentang bentuk alirannya karena memang belum pernah tahu dengan orangnya (pemimpin aliran)," ungkap Kyai Muis sapaan akrab Ketua FKUB Jember itu. Menurut Kyai Kharismatik itu banyak sekali aliran di Indonesia. "Ada aliran yang berada di ranah agama tetapi sering prilakunya mengadopsi kelompok-kelompok kejawen sehingga ada sesajen dan macem-macem," jelas tokoh toleransi Jember itu. Sayangnya prilakunya kadang tidak sesuai koridor agama secara umum sehingga ada persembahan dan lainnya. Ditanya soal aliran Tunggal Jati Garuda Nusantara Muis menegaskan sekali lagi, "Kalau yang ini saya belum paham karena memang belum pernah mendengar dan baru mendengar. Apakah ini bentuk aliran kebatinan atau hanya sekedar ritual-ritual saja atau ini ritual khusus? Saya masih belum paham." FKUB menegaskan bukan mengurus tentang isi aliran-aliran yang berkembang di masyarakat tetapi berfokus pada kerukunan umat. "Kami tidak bicara kebenaran aliran, itu tanahnya MUI. Kalau buat kami selama tidak ada gejolak sosial ya tidak masalah, tetapi ketika ada gejolak sosial kami akan masuk disana," pungkas Kyai Muis yang buru-buru mengikuti rapat koordinasi dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar dengan Forkopimda Jember di Pendopo Wahyawibawagraha. [caption id="attachment_52031" align="alignnone" width="700"] Dedik, suami almarhum Yuliana korban Ritual asal Panti, Jember[/caption] Sementara itu salah satu keluarga (suami) korban asal Panti atas nama Yuliana, Dedik merasakan kehilangan sekali. Istri satu-satunya yang ia cintai begitu cepat pergi meninggalkan dirinya dan anak semata wayangnya. Dedik menyakini ritual yang diikuti oleh istrinya tidak salah. "Ritual itu hanya membuang sial aja. Tidak lebih dari itu," katanya pelan. Ia menjelaskan bahwa dirinya malah jarang ikut terlibat jauh dengan aliran tersebut. Istrinya yang lebih aktif mengikuti. Kadang ia mengantar rombongan ke pantai untuk mengadakan ritual, Dedik hanya diam di sekitar kendaraan menemani anak-anak rombongan. Ada perilaku tidak lazim sebelum kejadian. Beberapa hari sebelum peristiwa naas itu Yuliana jarang cium tangan suaminya saat berpamitan. Bahkan sering kali almarhum mengucapkan kata-kata yang intinya menitipkan anak satu-satunya kepada Dedik. Menurut Dedik aliran yang diikuti istrinya itu tidak menyimpang. "Kegiatan di Padepokan itu ya berdoa minta tolong kepada Tuhan minta keselamatan dan rejeki yang lancar, serta dijauhkan dari musibah dan maka petaka," ungkap Dedik. Lebih jauh ia mengatakan, "Cara berdoanya ya menyebut Nama Alloh aja, bukan menyanjung yang lain apalagi pemimpin Padepokan." Dedik menyakini aliran Tunggal Jati Garuda Nusantara tidak sesat. "Menurut saya cukup baik dan tidak bertentangan (dengan agama Islam)," pungkas Dedik. (Sigit)

Baca Juga: Polres Jember Berhasil Amankan Tersangka Penyebar Berita Hoax Penculikan Anak

Editor : Admin Rakyatjelata